Sabtu, 23 Februari 2013

The Wedding Themes and Us


Dari dulu gw selalu bermimpi pernikahan gw akan bertema tradisional, bukan nasional, apalagi internasional. Buat gw, pernikahan yang sarat akan adat itu lebih sakral. Gw suka banget ngeliat suasana waktu pengantinnya menjalankan semua prosesi adatnya. Kalau ngebahas tentang adat apa yang akan gw pakai, pasti semua orang bilang “Padang ya?”. Ini nih yang namanya karena Padang setitik rusak suku sebelangga. Hehehe. Jadi karena Nenek itu anak perempuan satu-satunya, Mama juga anak perempuan satu-satunya, dan gw juga anak perempuan satu-satunya, jadilah gw satu-satunya keturunan yang menurut adat benar-benar berdarah Padang. Padahal Nenek menikah dengan Kakek yang orang Aceh, Mama juga menikah dengan Papa yang jawa bangeeet. Jadilah kalau dihitung-hitung prosentase ke-suku-an gw itu 50% Jawa, 25% Padang, dan 25% Aceh. Itu kalau komposisi adonannya pas lho yaah.


Anyway, dari dulu gw ga pernah bermimpi untuk menikah dengan adat Padang. Waktu gw berumur 19 tahun (kalau ga salah), gw pernah pulang kampuang untuk menghadiri acara penobatan gelar untuk Om Azis (anak kedua dari Nenek dan Kakek). Om gw diberikan gelar oleh tetua-tetua di Padang, kalau ga salah gelarnya “Datuk Kabasaran Ameh” yang artinya Datuk yang punya emas melimpah (alias kaya raya). Waktu itu diadain acara besar-besaran di kampuang nan jauah dimato. Yang paling gw inget itu tante gw sebagai pendamping mengenakan pakaian adat lengkap suntiang setinggi 50 cm kali yah (atau gw terlalu lebai mendeskripsikannya) dan dia mengaku kepalanya pusing sepanjang acara. Sejak saat itu persepsi gw tentang suntiang itu berat dan pusing. 

Semakin kesini, suntiang-suntiang itu dikemas dengan cantik. Liat saja tren rias minang modern ala artis-artis berikut:



I think using suntiang is not that bad. :)) Tapi teteup yaah, I don't know why, gw udah terlanjur jatuh cinta sama yang namanya adat jawa dengan Paes-nya yang seperti ini:


Look, how gorgeous she is!

Naaah, sekarang-sekarang ini gw baru tahu kalau Paes macam ini namanya Paes Ageng Yogya. Terus gw langsung mikir si Papa itu kan keturunan Solo kalau ga salah, jadi gw ga ada Yogya-nya sama sekali. Pas kepikiran ini langsung deh gw confirm ke Fajar tentang masalah ke-Yogya-an ini dan (oh no!) Fajar ga ada Yogya-nya sama sekali, malah cenderung ke Solo juga. Langsung deh gw ngebayangin kalau gw bakal dirias dengan Paes Solo Putri seperti ini:


Kenapa gw ga mauuu? Seteleah gw liat-liat, ternyata masalah sanggul dan lukisan di dahi. Di pinggir lukisan di dahi ala Paes Ageng Yogya diberi prada berwarna emas yang akan memberi kesan mewah, lukisannya juga berbentuk runcing-runcing yang akan memberi kesan tirus. Sedangkan kalau Paes Solo Putri ga pakai prada dan sanggulnya juga agak melebar, mungkin itu yang membuat gw agak kurang sreg. Ya iyalah, mau sekurus apapun gw... Ini pipi gw tetep aja melebar, masa gw dirias dengan model yang horizontal-sentris yang akan membuat muka terlihat melebar, bisa-bisa nanti gw terlihat tambah chubby. Tapi setelah gw minta pendapat ke berbagai orang dan minta dukungan Fajar, kayanya ga masalah juga mau pakai Paes Ageng Yogya walaupun ga ada darah Yogya sama sekali yang penting kan sama-sama Jawa, sama-sama Indonesia juga. *pembelaan diri* Lagipula kalau ga boleh pakai Paes Ageng Yogya, mendingan gw disuruh pakai Suntiang daripada disuruh pakai Paes Solo Putri. Pokoknya kalau ga boleh pakai Paes Ageng Yogya, calon pengantin wanitanya bakal ngambek beraaat. :p *ini sih ngancem*

Naaah... Mari kita lanjut ke bagian dari penting dari tema (selain adat), yaitu warna. Untuuung, Kang Mas punya kekasih yang lucu nan pengertian macem gw. Buat gw, warna itu ga harus saklek. Biasanya kan warna yang digunakan sebagai tema acara itu disesuaikan dengan kebaya resepsi yang akan digunakan oleh pengantinnya, dari awal sih gw dan Fajar sudah sepakat kalau warnanya akan ditentukan setelah menemukan kebaya yang cocok jadi kita ga cuma terpaku sama satu warna saja. Bisa aja gw yang memang ga terlalu suka warna hijau ternyata menemukan kebaya hijau yang cocok banget sama gw dan akhirnya kami berdua pakai tema hijau. Daripada menentukan satu warna saja, misalnya emas, tahu-tahunya ga nemu kebaya emas yang cocok dan akhirnya calon pengantin (khususnya calon pengantin wanita) jadi gaul... Eh, galauuuu! Dalam pemilihan warna, gw juga ga mau memilih warna yang terlalu feminine, I couldn't imagine my-galak-future-husband wearing pink, or light purple, or baby blue beskap. Big NO! Even I love pink so much!  *mencoba berempati terhadap perasaannya para lelaki* 

Akhirnya kami sudah menemukan kebaya yang cantiiik untuk calon pengantin wanita yang cantik dengan beskap senada yang membuat calon pengantin prianya tampak gagah. And the color (maybe) gonna be red and gold. Yes, Javanese bride and groom in red and gold. :))

Rabu, 13 Februari 2013

Why We Choose This Venue?

Kalau baca posting sebelumnya pasti pada kaget kenapa tiba-tiba kami sudah DP aja. Kenapa? Menurut gw gedung tersebut representatif kisah kami berdua, mau mencari kemana-mana akhirnya ketemunya jodohnya (Insya Allah) yang tinggalnya kurang dari 1 km. *sambil nyanyi lagu Pacarku Lima Langkah* *terus goyang pinggul* Sudah mencari gedung muter-muter seputar Jakarta Selatan untuk mencari gedung, akhirnya kami memutuskan untuk mengadakan acara yang bersejarah itu di sini. Alasan pertama adalah gedung ini paling dekat dengan rumah kami berdua. By the way, kami berdua berdomisili di kecamatan yang sama yaitu Kecamatan Pesanggrahan dan gedungnya pun di Kecamatan Pesanggrahan. Jadi untuk urusan administratif pernikahan mustinya kami ga di charge mahal-mahal, ga pakai numpang nikah lhoooo.... Hahahaha *sambil ketawa sombong* Karena dekat juga, jadi memudahkan mobilitas kami berdua di hari H nanti. Bayangin aja kalau ada yang kesiangan terus kami ngadain acara di Gedung Aneka Tambang yang di Jl. TB. Simatupang itu, bisa kacau acaranya nanti kalau pengantinnya telat. Yang kedua, gedung ini termasuk kategori standar yang artinya untuk charge catering-nya juga standar. Biaya sewa gedung ini Rp 6.000.000,- (ditambah infak kalau mau akad di sini), ga jauh beda sama biaya sewa Gedung Wanita Patra Pertamina Simprug. Tapi karena Gedung Wanita Patra Pertamina Simprug termasuk gedung kelas wah, jadilah charge catering-nya mahal. Yang ketiga, biaya lain-lainnya juga bersahabat. Seperti charge untuk vendor yang bukan rekanan (seperti entertainment atau fotografer) kayanya masih reasonable, atau kalau mau sewa kursi tambahan biayanya juga murah. Pokoknya ga bikin pusing. Dan terkhir setelah ngeliat aksinya Daffa Catering di gedung ini, gw percaya Daffa Catering bisa menyulap Gedung Serba Guna Pusrehab Kemhan RI ini jadi cantik. Tunggu kami yaaaah... Sebentar lagi... :') *terharu*

Informasi Venue
Alamat:
Jl. RC. Veteran No. 178, Bintaro, Pesanggrahan
Jakarta Selatan, DKI Jakarta
Contact Person: Pak Warsito (02173888901)

Balada Catering (Part 2)

Waktu itu masih belum memutuskan mau pakai catering apa sampai nemuin dua nama catering yang katanya harga paketnya cukup terjangkau dan review-nya cukup baik, yaitu Daffa Catering dan Chikal Primarasa. Gw langsung googling nomor telepon kantor dari dua catering ini. Yang pertama kali gw telepon itu Daffa Catering dan langsung disambut dengan manis dan ramah-tamah oleh salah satu marketingnya, yaitu Mba Fitri. Mba Fitri itu informatif bangeeet (that’s what I need). Gw cerita beberapa hal penting, poin pertama kami berdua memang membiayai pernikahan sendiri jadi ga mau yang mahal-mahal banget. Poin kedua, kami belum memutuskan mau pakai gedung apa dan masih labil. Gw juga cerita kalau gw sama Fajar itu rumahnya deketan. Mba Fitri langsung ngasih saran beberapa gedung terdekat dengan rumah kami beserta informasi budget-nya. Gedung yang terakhir disaranin itu lhooo, deket banget sama rumah kami berdua dan kami sama sekali ga pernah survei kesana, yaitu Gedung Serba Guna Pusrehab Kemhan RI. Setelah gw telpon Daffa Catering, gw langsung laporan ke Kang Mas dan disambut dengan antusias. Jadilah kami berdua merencanakan test food (yang waktu itu) di Balai Komando Kopassus Cijantung.

Daffa Catering ini buka meja test food sendiri di sini. Karena kami terlambat, akhirnya kami cuma bisa nyobain makanannya tanpa bisa liat hasil dekorasi maupun rias pengantin. Semua makanannya enak lhooo... *terpaksa ikut makan padahal masih dalam program menjaga berat badan* *inget kabayaaa* Terus dijelasin deh sama Mba Fitri tentang paket-paketnya. Tadinya kami berencana pengennya cuma 300 undangan, tapi setelah melihat antara paket 300 dan 400 undangan ternyata harganya ga jauh beda dan setelah gw pikir-pikir kayanya 300 undangan ga cukup, mengingat gw bisa dibilang sebagai social butterfly (Ciye, Ameliaaa... Istilahnya) yang punya temen cukup banyak dan nyokap gw juga keluarga besarnya itu kaya keluarga kelinci. Yaudah kami memutuskan untuk meng-upgrade jadi 400 undangan, daripada cuma pihak CMW yang mendominasi list undangannya. Melihat ekspresi wajah Fajar yang ga banyak kerutan (tanda kalau Fajar lagi mikir keras) pas dijelasin sama Mba Fitri, kayanya Fajar juga tertarik sama Daffa Catering ini. Next, rencananya kami mau test food Daffa Catering, lebih tepatnya melihat dekorasinya, tapi tetep nyobain makanannya sih. *emang dasar gembul couple*

Setelah beberapa kali menelepon Ibu Sri yang merupakan owner-nya Chikal Primarasa untuk minta jadwal test food sama price list, finallyyyy, dibales juga sama Ibu Sri. By the way, Chikal Primarasa ini ga punya marketing jadi semuanya di-handle sama Ibu Sri ini, makanya responnya luaaamaaa. Soal harga, si Chikal Primarasa ini sedikit lebih murah daripada Daffa Catering. Oya, denger-denger catering yang satu ini sisa pembayarannya boleh dibayar setelah acara lho. *cring... cring... makin curious sama catering ini* Dan ternyata disuatu hari Sabtu di bulan November 2012, Daffa Catering perform di Gedung Selapa Polri dan Chikal Primarasa di Gedung Wanita Patra Pertamina Simprug.

Di hari Sabtu itu dengan sedikit ngambek gara-gara Fajar telat, akhirnya kami meluncur ke Gedung Selapa Polri. Ternyata yang lagi ada acara di sana itu ade iparnya teman kantor gw... Huehehehe. Dunia sempit sekaliii! Temanya ungu, undangannya 500 jadi gubukannya lumayan banyak, bunganya juga bertebaran dimana-mana, periasnya pakai Rumah Pengantin Hasina. Sehabis liat-liat langsung disuruh nyobain makanan (lagiii!!!). Ga lama setelah nanya-nanya dan nyicipin makanan, kami langsung pamit. Melucuuur ke Gedung Wanita Patra Pertamina Simprug. Sampai di sana Ibu Sri-nya ga bisa dihubungin ternyata, karena sebelumnya pernah ke sana akhirnya kami langsung nyelonong ke dekat dapur yang biasa dipakai untuk area test food. Ibu Sri-nya memang ga ada di sana ternyata, yang ada cuma koordinator lapangannya (lupa namanya). Kami disuruh nyobain makanan dan masnya pendiam sekaliii, sampai bingung mau nyanya apa lagi. (emang kalau sambil ngunyah gitu agak susah ngomong yaaah). Kang Mas agak kurang sreg sama catering ini. Dekorasinya kurang wah, malah cenderung sepi. Mas koordinator lapangannya juga ga bisa menciptakan chemistry.

Setelah test food Chikal Primarasa, akhirnya kami menyadari kalau kami sudah in to Daffa Catering banget deh. Test food-test food selanjutnya lebih meng-explore Daffa Catering ini. Kebetulan Daffa Catering ada perform di Gedung Serba Guna Pusrehab Kemhan RI dua kali dalam waktu yang berdekatan. Yang pertama Fajar sama mamanya yang kesana karena waktu itu gw lagi liburan ke Padang. Yang kedua yang dateng gw, Fajar, sama mamanya. Calon Ibu Mertua cukup sreg sama Daffa Catering ini. Dan alhamdullah di test food kedua di Gedung Serba Guna Pusrehab Kemhan RI ini kami berdua langsung bayar DP gedung.

Daaaan di bulan Desember 2012 di Gedung Balai Komando Kopassus Cijantung, dengan mengucap bismillahirrahmanirrahim... Kami bayar tanda jadi ke Daffa Catering. Semoga bulan Desember 2013, Daffa Catering perform-nya sebagus sekarang dan bisa memberikan yang terbaik untuk acara kami berdua. Aamiin.

Balada Catering (Part 1)


Miss me? *minta di timpuk massa* Pasti para pembaca bingung deh kalau ngebaca blog gw yang urutan waktunya agak absurd. Gw pikir gara-gara ngerjain revisian proposal thesyong (thesis amsyong), gw jadi jarang nulis di blog. Tapi ternyata setelah revisi, gw malah ga pernah nyentuh netbook sama sekali. Jadi yang nyebabin tuh proposal lama selesainya adalah karena sambil ngerjain tuh proposal, gw nyambi nulis blog. One of wedding’s critical issue was solved. The Catering Things! Kenapa penting? Ya iya laaah, si catering ini cost center banget. Sebagian besar dari uang lo akan dialokasikan untuk catering ini dan gw ga akan membiarkan setiap receh hasil keringat yang kami keluarkan terbuang sia-sia dengan memilih catering yang salah. Yang kedua, hal pertama yang jadi penilaian tamu adalah makanan. So true! Bayangin aja, tamu udah dateng jauh-jauh pasti berharap saat sampai disuguhi makanan yang enak. Yaaah, setidaknya saat mereka sampai masih ada makanan yang bisa dimakan. Ini salah satu bentuk penghargaan pengantin atas kehadiran para tamu undangan.


Sebenernya untuk urusan rasa, gw menyerahkan sepenuhnya ke Fajar. Maklum, Fajar itu kritis banget kalau soal makanan. *maklum gembul* Sedangkan gw sejak diet keras di tahun 2011 (dan berhasil  turun 8kg), udah mati rasa sama makanan. Buat gw makanan cuma ada dua, makanan sehat dan makanan-bikin-gemuk. *sedih banget ga sih hidup lo* Ada beberapa poin yang menjadi penilaian kami dalam memilih catering:

  1. Catering yang kami pilih harus punya nama baik. Ini penting banget!!! Bersyukur banget deh gw gabung di Weddingku Forum , dari word of mouth para member akhirnya gw dapet beberapa nama yang gw kerucutkan dan menjadi target untuk disurvei. Selain itu, setelah menemukan beberapa kandidat, gw juga googling buat ngeliat review dari catering-catering tersebut.
  2. Berkualitas tapi ga bikin kantong bolong. Gw sadar koq harga itu berbicara, jadi jangan berharap lo akan puas dengan catering yang mengiming-imingi harga yang super murah dan ternyata pas hari H hasilnya ga memuaskan. Dan gw sama Fajar rela mencari catering yang ga murahan demi menjaga kualitas. *siap-siap beberapa bulan kedepan makan siang pakai paket goceng ala Udin*
  3. Menyediakan paket one stop wedding solutions alias all-in. Untuk calon pengantin (sok) sibuk macem kami, kayanya kami perlu catering yang sudah menyediakan paket lengkap dari makanan, dekorasi, perias, entertainment, fotografer, dan lain-lain. Jadi kami ga perlu memikirkan perintilannya. Bolak-balik test food aja udah bikin maboook...
  4. Punya marketing yang 24/7 alias 24 jam sehari dan 7 hari seminggu siap sedia menjawab telepon atau membalas sms gw yang bawel ini. Maklum buat keluarga kami berdua ini yang pertama, jadi kami emang agak clueless.

Gw sm Fajar ga butuh waktu yang banyak sampai akhirnya kami berdua memutuskan catering yang mana yang akan kami pakai. Rata-rata test food-nya juga ga sengaja. Test food pertama kami itu Wifa Catering waktu survei Gedung Wanita Patra Pertamina Simprug. Dikemudian hari gw nemu blog yang menuliskan tentang 10 catering terbaik di Jakarta dan Wifa Catering ini termasuk di dalamnya. Pantesan aja dari makanan, dekorasi, pokoknya semuanya perfect waktu itu. Marketing-nya pakai jas, penyaji di gubukannnya pakai kostum koki, pelayannya juga pakai seragam jadi keliatan rapi dan profesional. Orang-orang yang bekerja di dapur gw liat juga pakai masker, jadi gw percaya kalau makan yang disajikan cukup higienis. Catering ini juga menyediakan meja test food sendiri. Fajar juga suka banget kayanya. Memenuhi kriteria banget kecuali poin 2, yang jelas out of budget dan bikin kantong calon pengantinnya super bolong. Hihihihi. Perias rekanannya Wifa Catering ini cuma satu yaitu Ratu Wedding, yang dikemudian hari juga gw tahu kalau yang punya Ratu Wedding ini ternyata istrinya pemilik Wifa Catering. Pantesaaan rekanan periasnya Wifa Catering ini cuma satu. Overall riasannya Ratu Wedding ini baguuuus koq.

Test food lainnya itu Nia Catering (ini juga ga sengaja waktu gw survei Gedung Wisma Karsa Pemuda Kemenpora RI). Honestly, catering ini A.N.C.U.R banget! Pertama marketing-nya ga komunikatif, abis kenalan (cuma kenalan doang dan ga dijelasin apa-apa), kami disuruh ambil makanan di buffet yang sama dengan tamu. Yups, catering ini ga punya meja test food sendiri dan gw disuruh ambil dari buffet untuk tamu. *maaf yaah pengantinnya* Ngelirik ke gubukan yang udah pada habis semua dan piring berserakan dimana-mana, ada pelayan dan penyaji makanan yang ga pakai seragam. Entah karena makanan sudah habis jadi seragamnya dicopot (tapi kan acara belum selesaiiiii), atau karena memang ga dikasih seragam. Yaudah lah yah, ga banyak yang bisa diharapkan dari catering ini.

Test food lainnya rata-rata sekalian kondangan pernikahan teman kami. Finally, akhirnya nyobain berbagai macam catering yang namanya sering diomongin dan tenar di dunia maya macem Puspita Sawargi, Dwi Tunggal Catering, Caterindo. Sampai yang ga terlalu famous tapi sering terdengar seperti Nayla dan Nabila.