Minggu, 01 September 2013

My Name is Puspita Amelia, You can Call Me a Bridezilla!



Setelah sekian lama blog ini mati suri, akhirnya gw kembali menghidupkan nyawanya lagi. Sudah lama bangeeet ga menulis bukan karena semuanya adem ayem dan baik-baik saja, tapi justru karena semuanya begitu melelahkan secara fisik dan emosional. The story about bridezilla was true, dude! Oh, well... Akhirnya gw mengalami gejolak-gejolak emosi yang tidak jelas dalam mempersiapkan pernikahan ini, sebuah ketidaknormalan yang normal terjadi pada wanita yang sedang mempersiapkan pernikahan pada umumnya.


Gw jadi terlalu perfeksionis dan menginginkan yang terbaik tapi kadang-kadang yang gw inginkan musti mentok di-budget, dan saat itu terjadi gw langsung pusing dan kepikiran. *stress mode* Gw juga terlalu banyak berpikir dan mempunyai banyak ide tapi takut bercerita terlalu banyak, alasan pertama adalah takut yang dengerin bosen, alasan kedua takut tabu kalau menceritakan terlalu jauh tentang pernikahan... Yaaah, takut ga jadi atau apalah. Jadi kebanyakan disimpen aja sendiri. Kemudian kadang-kadang gw merasa sendiri karena urusan pernikahan ini sebenernya cewe banget, jadi sebagian besar pasti di handle sama si calon pengantin wanitanya. Padahal mah banyak yang ngebantu, tapi perasaan sendirian itu ga bisa hilang.


Hal lain yang gw rasakan adalah capek secara fisik. Gw sama Fajar yang selama ini cuma berkeliaran di seputar Jakarta Selatan sampai Jakarta Pusat musti melanglang buana sampai ke belahan lain dari Jakarta seperti Rawamangun, Cipinang, Cawang, dan berbagai tempat lain. Kenapa sih yaaah vendor-vendor ini ga ada yang lokasinya dekeeet??? Dan yang paling berasa adalah kehilangan quality time as a normal couple, sekarang kalau weekend lebih banyak nyamperin vendor daripada nge-date. Kalaupun nge-date pasti yang diobrolin lebih banyak tentang pernikahan. How do I miss US!!! Rasanya pengen deh di fast forward ke 8 Desember 2013, liat aja ntar mau nge-date sebanyak-banyaknya sama si Mas. The last, about future family in laws. Karena di Indonesia pernikahan itu bukan cuma tentang dua insan manusia yang jatuh cinta dan berniat suci untuk menghalalkan hubungan mereka, tapi tentang dua keluarga juga. Pada akhirnya kadang-kadang bisa saja terjadi berbagai perbedaan pendapat dan kebiasaan. Untuk masalah kepentingan keluarga, gw sama Fajar jadi bumper-nya. Biarin deh kita berdua yang berantem daripada keluarga kami yang salah paham.


Beginilah drama kehidupan gw saat ini, gw yang cengeng dan melankolis sekarang bukan cuma sering menangis, tetapi juga sering marah. Marah tentang banyak hal, dan akhirnya gw cuma bisa marah ke Fajar. Saat-saat seperti ini memang musti memperbanyak komunikasi dan tuker pikiran, jadi biar ga salah paham dan semua masalah terpecahkan. Yang terakhir selain semua ikhtiar ini juga musti banyak do’a juga, katanya sih kalau ada wanita dan pria yang ingin menikah setan-setan banyak yang menggoda karena meraka ga suka dua insan itu menyempurnakan ibadahnya dan berhenti berbuat dosa, semuanya kan jadi halal cyyyyn... Mungkin harusnya gw introspeksi diri, kenapa masih ada celah untuk emosi dan kemarahan ini. Karena gw kadang terlalu jauh dan sering lupa untuk minta ke Yang Maha Pengasih dan Maha Penyayang agar menjaga tali cinta gw dan Fajar agar tetap utuh sampai ke pelaminan, sampai punya anak, sampai jadi kakek dan nenek.

0 komentar:

Posting Komentar