Hari Minggu kemarin gw dan Fajar abis jadi foto model (kurang) profesional. Jadi ceritanya teman kuliah gw (tapi beda fakultas), namanya Ichy, tiba-tiba nawarin kami untuk jadi objek fotonya. Ichy dan teman-temannya (Kiki dan Anggo) yang memang suka fotografi, pengen memperbanyak portofolio foto pre wedding. Pas banget sasarannya, gw dan Fajar yang memang mau nikah dan kalau hasilnya bagus, hasil fotonya boleh dipajang di kawinan kami. Jadi ceritanya kami mau diajak pre wedding-pre wedding-an.
Tawarannya datang mendadak, baru
hari Jumat, jadi secara konsep masih belum rapih. Awalnya rencananya fotonya
mau diambil di Museum Prasasti Tanah Abang. Fajar ternyata udah browsing duluan dan ternyata.. Jeng...
Jeng... Museum Prasasti itu adalah KUBURAN BELANDA. Langsung merinding ngebayangin
bakal foto-foto diantara nisan-nisan dan patung-patung tapi gw sok cool aja meresponnya. Gw ikutan browsing tentang Museum Prasasti ini dan gw nemu blog yang menuliskan kalau Museum
Prasasti ini untuk pemotretan ada charge-nya.
Langsung deh gw konfirmasi ke Ichy dan dia ternyata baru tahu.
Akhirnya gw sama Ichy muter otak
untuk nyari alternatif spot lainnya.
Dari dunia maya akhirnya gw nemuin lokasi yang oke banget untuk dijadikan tempat
pemotretan foto pre wedding outdoor di
Jakarta seperti Museum Arsip Nasional, Pantai Indah Kapuk, dan Hutan Mangrove
Muara Angke. Emang dasarnya semua hal yang berhubungan dengan kawinan bisa
dijadiin duiiit, diketiga tempat itu pun bisa-bisanya dikenakan charge untuk pemotretan foto pre wedding. Yaudah deh dengan semangat
45, nyari lokasi lain yang gretongan dan ketemu beberapa tempat diantaranya Taman
Suropati, Taman Menteng, dan Universitas Indonesia. Akhirnya dengan berbagai
pertimbangan, gw memutuskan di kampus kesayangan aja. Di UI sendiri kalau mau menggunakan area
UI sebagai lokasi pre wedding atau
untuk keperluan komersial, harus minta izin dari UPT PLK UI (atau yang lebih
dikenal seantero UI dengan nama Gedung Biru). Tapi kalau untuk keperluan hobi mahasiswanya,
boleh hunting foto
sepuasnya. Dengan catatan bukan untuk komersial lho yaaah.
Rencananya ada tiga scene yang mau diambil. Yang pertama scene kehidupan kampus kami, jadi
ceritanya masih anak kuliahan. Untungnya masih pantes, jadi gw pede aja. Scene kedua itu scene
romantis dengan background Hutan UI (yang sebenarnya ga kalah spooky-nya sama kuburan), adengan ini akan banyak eye contact kan ceritanya deeply in love. Terus scene ketiga itu niatnya tentang hobi
kami yang tidak lain adalah wisata kuliner. Dalam waktu satu hari, akhirnya
kami menyiapkan outfit dan properti
seadanya.
Hari Minggu gw berangkat duluan
ke Depok, soalnya gw mau nyalon duluuu. Kasian kalau Fajar musti nungguin gw
dandan, dari pada Ybs gengguin dede-dede kuliahan. *eeeh* Akhirnya gw nyalon di Salon Moz 5 Depok, salon khusus wanita yang orientasinya
lebih ke hijabers (walaupun yang ga berjilbab tetep boleh ikutan treatment di sini). Awalnya sempet underestimate sama riasannya, tapi
ternyata... Gw salah besar, saudara-saudara! Hasilnya BAGUUUUS! Sebelum dirias,
gw ditanya keperluannya untuk apa. Dan waktu gw bilang untuk pemotretan,
mbaknya langsung nambahin shading
dimana-mana. *gw pasrah aja dilukis-lukis* Make up-nya bener-bener bikin hasil foto gw tambah (eheeemmm) cantik, flawless dan ga white cast. Riasannya juga awet dari jam 12 siang
sampai jam 9 malem.
Kami semua berkumpul di Starbucks
Perpustakaan UI dan setelah semua personil lengkap, akhirnya pemotretan
dimulai. *hasilnya akan segera diupload*
Tapi setelah scene pertama bereees dengan hasil yang memuaskan, tiba-tiba turun hujan
deres banget. Sempet nunggu di Kantin FIB UI selama sejam. Setelah hujan reda,
langsung siap-siap untuk scene kedua, ganti baju dan touch up riasan.
Tapi honestly, gw udah ga fokus lagi.
Soalnya udah laper bangeeeets... Baru take beberapa gambar udah bubaran dan akhirnya pindah lapak ke
restoran seputaran Jl. Margonda Raya, dan pilihan jatuh kepada Zoe Cafe & Library Depok. Di Zoe
sempat ambil beberapa gambar, tapi hasilnya menurut gw kurang maksimal.
Akhirnya lebih banyak foto gaya bebas. Karena kami lebih memilih makan daripada foto-foto. Hehehe.
Setelah gw melakukan foto pre
wedding-pre wedding-an ini, gw tiba-tiba berpikir kalau foto pre wedding ini sebenarnya ga
terlalu penting. Sisi positifnya biar tamunya ga salah masuk kondangan, soalnya ada foto yang punya hajat yang dipajang di dekat penerima tamu. Terus kalau
mau foto pre wedding kayanya memang harus full day, dari pagi sampai sore
(kalau perlu malam). Dengan pertimbangan ada force major, macem hujan deras
kaya kemaren yang akhirnya menghambat banget. Sepertinya ada beberapa
hal penting lainnya yang perlu dipersiapkan sebelum melakukan foto pre wedding:
- Yang pertama musti menghitung budget karena memang ga ada yang gratiiiis saat ini. Jadi walaupun sang fotografer itu temen lo yang rela menolong dan tabah ga dibayar sepeserpun, pasti akan ada pengeluaran-pengeluaran lainnya sewaktu melakukan pemotretan foto pre wedding ini.
- Harus
membuat konsep dan tema foto pre wedding terlebih dahulu. Mau lokasi indoor atau outdoor. Mau hasilnya full color, sephia, atau black & white. Mau menceritakan perjalanan cinta si
pengantin atau hanya sekedar berpose dengan pakaian tradisional daerah asal di pengantin, dan lain-lain. Semuanya harus direncanakan.
- Sebelum melakukan pemotretan, kita musti survei lokasi pemotretan. Karena
dengan survei ini kita bakal tahu kira-kira seperti apa kondisi di lapangan nanti sehingga bisa menyesuaikan mau pakai outfit yang seperti apa
dan properti apa saja yang perlu dibawa nanti.
- Setelah
semua itu ditentukan, kita haruuus banget buat story board. Jadi pas
hari H, kita ga mati gaya di depan kamera.
- Yang
terakhir komunikasi dengan pasangan, ini penting banget. *apasih*
Pokoknya kalau tiba saatnya nanti
gw dan Fajar akan melakukan foto pre wedding beneran, musti dipersiapkan dengan
baik dan benar. Jadi waktu, uang, dan tenaga kami ga terbuang sia-sia. *langsung
ngebayangin kira-kira mau foto pre wedding seperti apa yaaaah*